Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

“Ini Impian Bima, Bunda!”




Di depan rumah kudapati anak-anak sebaya seumuranku berlarian, asyik bermain. Sedangkan aku harus tengkurap di lantai, tepatnya di atas tikar yang berada di lantai. Sambil menelan air liur yang hendak keluar seperti biasanya.

Yup, orang-orang mungkin akan merasa risih dengan diriku, yang selalu meneteskan air liur sepanjang detik, sepanjang waktu. Tapi inilah aku, yang terlahir dengan keterbatasan fisik, tidak seperti mereka, terlahir normal.
Aku di dampingi ibu, setiap sore memandangi depan rumah, duduk di dekat pintu luar rumah. Usiaku kini 7 tahun, seharusnya asyik berlarian seperti mereka.

”Bun, Bima minta apa itu loh?” seorang ibu memberi tahu, bahwa anaknya sedang menunjuk sesuatu seperti sedang ingin diambilkan sesuatu.
“Owalah Mas, sebentar saya ambilkan.” Ibu Bima sudah mengerti, seperti biasanya ia ingin bermain HP.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oh iya, perkenalkan, saya adalah Bima. Seorang anak berkebutuhan khusus, yang didiagnosa Cerebal Palsy oleh dokter.

Seperti cerita kebanyakan orang, fisikku sulit sekali digerakkan. Tidak bisa berjalan seperti teman-teman, dan juga hanya bisa berpindah tempat dengan cara ngesot. Tetapi bagaimanapun kondisiku, aku tetap bersyukur, jika diberi kesempatan memilih, tentu saja aku akan lebih memilih hidup normal. Tapi apapun pemberian Tuhan, tetap harus kita syukuri.

Meskipun kondisi fisikku seperti ini, diriku masih bisa melakukan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang normal. Yaitu bermain HP. Begitulah kegiatanku sehari-hari, bermain HP.

Manusia yang didiagnosa Cerebal Palsy, ternyata tidak mesti otak atau pikiran selalu kurang maksimal, buktinya aku tetap bisa dan mengerti bagaimana cara mengoperasikan HP yang benar. Malah melebihi orangtuaku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Bunda, Bima kok paham HP-an ya Bun?”
“Oh Jago dia, nelepon ayahnya juga bisa”

Seorang Ibu memang sering mengajak anaknya bermain di rumahku, ia tetangga sebelah, namanya Rida. Rida ini fisiknya normal, tetapi dia tidak membeda-bedakan aku dengan yang lainnya, begitupun ibunya. Mangkanya dia sering kesini. Aku bermain HP, dia bermain mainan yang aku miliki seperti puzzle dan lainnya.

“Bun, aku dari tadi memperhatikan Bima, ternyata dia bisa buka Google juga”
”iya bun, benar, dia biasanya mencari permainan game bun, tidak bisa baca, tapi dia ngerti gambar, dan suka sekali main game.” Ucap ibuku, sambil senyum-senyum.

Dalam hati aku berkata, meskipun tubuhku seperti ini, tidak bisa bicara, membaca dan lain sebagainya, aku punya kelebihan Bun, menjadi seorang pemain game yang handal.
Dari sekelumit cerita di atas, seorang Bima yang punya keterbatasan fisik seperti itu masih selalu berupaya ingin hidup normal. Cerita ini hanya fiktif, tapi ada rasa mewakili seorang ABK yang ingin hidup normal juga, bantu mereka ya Bun!

Post a Comment for "“Ini Impian Bima, Bunda!”"